Umar At-Tilmisani

Dia adalah pimpinan umum ketiga dari gerakan Ikhwanul Muslimin, setelah Hasan Al- Banna. Ia telah membuka lebar-lebar pintu menuju kepada kesyirikan dengan mengatakan:
“Sebagian mereka mengatakan, bahwa Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam
memintakan ampun untuk orang-orang, bila mereka mendatangi beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam ketika masih hidup saja. Sementara bagi saya, tidak jelas mengapa dikaitkannya ayat dengan permintaan ampun tersebut saat Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam hidup saja. Sementara (menurut saya) dalam ayat tersebut tidak ada pembatasan semacam itu…


Ayat yang dimaksud adalah surat An-Nisa ayat 64:


“Dan kami tidak mengutus seseorang rasul pun, melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”


As-Sa’di menyebutkan dalam Tafsir-nya, hal. 185 bahwa ini berlaku ketika hidupnya Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam.


Oleh karenanya saya mendapati diri saya cenderung untuk mengambil pendapat yang mengatakan bahwa Rasul Shalallahu 'alaihi wa sallam memintakan ampun untuk siapa saja yang datang kepada beliau, menuju ke hadapannya baik semasa hidup beliau atau setelah kematiannya. Sehingga, tidak ada alasan untuk bersikap keras dalam mengingkari orang yang meyakini karamah para wali, berlindung kepada mereka di kubur mereka yang suci, dan berdoa kepadanya saat kesempitan. Dan karamah para wali adalah termasuk dalil-dalil atas mukjizat para Nabi.” (Buku Syahidul Mihrab, karya Umar At-Tilmisani, hal. 225-226)


Anda lihat bagaimana ia membuka peluang untuk mereka yang ingin berdoa kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam (bukan mendoakan Nabi). Lebih parah dari itu, bahkan yang berdoa kepada para wali atau bertawassul dengan kubur mereka. Sementara pembaca tentu tahu bahwa berdoa adalah ibadah besar yang tidak pantas diperuntukkan kecuali hanya untuk Allah Subhanahu wata’ala. Allah Ta’ala berfirman:


“Dan janganlah kamu menyembah selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang dzalim.” (Yunus: 106)
Tapi justru At-Tilmisani mengatakan: “Tidak ada alasan untuk bersikap keras dalam mengingkari orang yang berlindung kepada para wali di kuburan mereka.”


(Tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc Dengan Judul "Ahli Waris hasan Al Banna")

0 komentar:

Posting Komentar