Hasan At-Turabi

Dia adalah pimpinan Ikhwanul Muslimin di Sudan. Yang bersangkutan juga meremehkan masalah syirik. Dia mengatakan kepada jamaah Ansharus Sunnah di Sudan: “Sesungguhnya mereka memperhatikan masalah aqidah dan syirik terhadap kuburan, tapi mereka tidak memperhatikan syirik dalam hal polilik. Hendaknya kita biarkan para pemuja kuburan itu thawaf di sekitar kuburan mereka sampai kita mencapai kubah parlemen.” (Majalah Al-Istiqamah, Rabi’ul Awwal 1408 H, hal. 26)


Pembaca, sepanjang hayat Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam beliau memerangi para pemuja kuburan baik dengan lisan dan tangan beliau yang mulia, lalu At-Turabi mengatakan demikian? Apakah kamu pengikut Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, wahai Turabi?


Thawaf itu hanya di Ka’bah wahai Turabi. Demikianlah menurut kitab Rabbi, firman- Nya:


“Kemudian hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).” (Al-Hajj: 29)


Hasan At-Turabi juga merendahkan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Ia mengatakan tentang Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam: “Dia ini adalah sosok yang tinggi, tapi jangan kalian katakan bahwa beliau itu ma’shum, tidak melakukan kesalahan.” (dinukil dari Ar-Raddul Qawim, hal. 8)


Wahai Turabi, umat telah sepakat tentang kema’shuman Nabi, Shalallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana kata Adz-Dzahabi: “Sesungguhnya mereka (jumhur/ mayoritas ulama) bersepakat bahwa para nabi ma’shum dalam menyampaikan risalah, dan taat kepada mereka adalah wajib –kecuali menurut Khawarij–. Dan jumhur juga berpandangan bahwa bisa jadi mereka jatuh dalam dosa kecil, namun mereka tidak dibiarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala pada dosa tersebut.” (Al-Muntaqa min Mizanil I’tidal, hal. 165)


Barangkali karena keyakinannya di atas, ia mengatakan dalam ceramahnya di hadapan para mahasiswi di Diyum timur (12/8/1982) tentang hadits lalat yang masuk ke air : “Ini urusan kedokteran. Dalam hal ini, yang diambil adalah ucapan dokter kafir, dan ucapan Rasul tidak diambil karena ini bukan bidangnya.” (Ar- Raddul Qawim, hal. 83)


Yaitu hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Apabila seekor lalat masuk ke minuman salah seorang di antara kalian maka hendaknya ia mencelupkannya lalu membuangnya, karena pada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayapnya yang lain ada obatnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya, kitab Bad’ul Khalq)


At-Turabi juga merendahkan para shahabat Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Ia mengatakan: “Semua shahabat itu adil? Kenapa?” (Ar-Raddul Qawim, hal. 84)


Padahal Ahlus Sunnah meyakini keadilan yakni keshalihan mereka dengan persaksian Allah Subhanahu wa Ta’ala. Betapa banyak Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengatakan dalam ayat Al-Qur’an, “Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap Allah.”


Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) mengatakan: “…Keadilan/keshalihan para shahabat telah pasti dan telah diketahui, yaitu dengan persaksian Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap keadilan/keshalihan mereka, berita-Nya tentang kesucian mereka, serta pilihan Allah terhadap mereka, dalam nash Al-Qur`an.” (Al Kifayah fi ‘Ilmir Riwayah hal. 46)


At-Turabi menjunjung tinggi bendera persatuan antar agama. Ia mengatakan: “Sesungguhnya persatuan kebangsaan merupakan salah satu cita-cita kita dan kami dalam partai Islam. Dengan partai tersebut akan menuju kepada Islam atas dasar prinsip-prinsip agama Ibrahim, yang mengumpulkan kami dengan orang-orang Kristen, karena adanya peninggalan sejarah keagamaan yang sama…” (Majalah Al- Mujtama’ Kuwait, edisi 763 tanggal 8/10/1985 M)


Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali ‘Imran: 85)


(Tulisan Al-Ustadz Qomar ZA, Lc Dengan Judul "Ahli Waris hasan Al Banna")

0 komentar:

Posting Komentar