Menghidupkan Bid'ah Sebelumnya

Jamaah Ikhwanul Muslimin juga banyak sekali menghidupkan bidah. Sa'id Hawwa menyatakan dalam bukunya At Tarbiyyah Ar Ruhiyyah (pembinaan mental) : "Ustadz Al Banna beranggapan bahwa menghidupkan hari-hari besar Islam (selain dua hari 'ied), adalah termasuk tugas harakah-harakah (gerakan) Islam. Beliau juga menganggap bahwa suatu hal yang aksiomatik alias pasti, kalau dikatakan bahwa pada zaman modern ini memperingati hari besar semacam maulid nabi dan yang sejenisnya, dapat diterima secara fiqih dan harus mendapat prioritas tersendiri.
Dikisahkan juga oleh Mahmud Abdul Halim dalam bukunya Ahdats Shana'atha At Tarikh (1/109) bahwa ia sering bersama-sama Hasan Al Banna menghadiri Maulid Nabi.


Ia (Hasan Al Banna) sendiri terkadang maju kepentas untuk menyanyikan nasyid (nyanyian) Maulid Nabi dengan suara keras dan nyaring. Setelah menukil banyak kisah Al Banna tersebut, Syaikh Farid berkomentar : "Semoga Allah memerangi pelaku-pelaku bid'ah. Alangkah bodohnya mereka, alangkah lemahnya akal mereka. Sesungguhnya mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak pantas dilakukan bahkan oleh anak kecil sekalipun."
Dalam lembaran-lembaran majalah Ad Dakwah, yang dipimpin oleh Umar At Tilmisani tatkala dia masih menjabat salah satu Mursyid partai Ikhwanul Muslimin (nomor 21 hal 16/Rabi'ul Awwal 1398 H), tercetus banyak ungkapan yang penuh dengan kebidahan dan ghuluw (pengkhutusan/berlebih-lebihan) terhadap Nabi. Di antaranya dalam makalah di bawah judul : Fi Dzikra Maulidika ya Dhiya'
Al Alamin (dalam memperingati hari kelahiranmu, wahai sinar alam semesta)

0 komentar:

Posting Komentar