Prinsip keempat: Dusta

Termasuk prinsip yang mereka pegangi adalah berbohong (taqiyah) dan menampakkan apa yang tidak sama dengan yang disembunyikan. Prinsip ini telah dijelaskan oleh Hasan Al-Banna. Dan dia pada tahun 1940 telah membentuk tanzhim khusus yang di antara sekian banyak prioritas utamanya adalah membuat teror di mana-mana. Hal ini disesbutkan oleh Mahmud Abdul Halim dalam bukunya 'Ikhwanul Muslimin wa Ahwal Tsintai 'Asyara Tarikh.'

Pada tahun 1944 M Jamal Abdul Nasher mambai'at tanzhimnya, tanzhim yang berupaya mengkudeta pemerintahan Faruq. Pada tahun 1946 M, Hasan Al-Banna mengirim surat terbuka kepada Raja Faruq, ia memuji Raja Faruq dan berkata, 'Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin merasa takut terhadap kemuliaan Anda dan Ikhwanul Muslimin begini dan begini,' demikianlah ia memuji Raja faruq dan mendoakan kebaikan untuknya.

Sementara itu dia merencanakan kudeta dari tahun 1944 M dan mengorganisir tanzhim khusus pada tahun 1940 M enam tahun sebelum mengirim surat. Maka hal ini bisa dikatakan termasuk masalah tipu daya (taqiyah). Sebelumnya kita telah menyebutkan dari Mahmud Ash-Shabagh bahwa Hasan Al-Banna cuci tangan dari aksi teror salah seorang anggotanya. Ia lakukan ini dalam rangka perang, sedangkan perang adalah tipu daya!


(Ditulis oleh Syaikh Ayyid asy Syamari, pengajar di Makkah al Mukaramah, dalam rangka menjawab pertanyaan sebagian jama’ah Ahlusunnah wal Jama’ah asal Belanda tentang perbedaan Ikhwanul Muslimin, Quthbiyyah, Sururiyah dan Yayasan Ihya ut Turats. Penerbit Maktabah As-Sahab 2003. Judul asli Turkah Hasan Al Banna wa Ahammul Waritsin. Penerjemah Ustadz Ahmad Hamdani Ibnul Muslim.)

0 komentar:

Posting Komentar